PALANGKA RAYA –
Aroma kuah bening yang gurih dan hangat menyeruak dari sebuah rumah makan sederhana di Jalan Seth Adji, Palangka Raya. Di sinilah Soto Ayam Kampung Semarang Pak Pris hadir menyapa lidah para pecinta kuliner. Meski baru resmi dibuka pada April 2025, jejak cita rasanya sesungguhnya telah terukir sejak tahun 2005, diwariskan dari generasi ke generasi.
Keistimewaan soto ini terletak pada racikan rempah yang diramu dengan penuh kesabaran. Kuahnya bening, ringan, namun tetap kaya rasa—ciri khas yang membuat banyak orang rela antre untuk menikmatinya. Setiap sendoknya menghadirkan sensasi nostalgia, seakan mengingatkan pada masakan keluarga di rumah.
Devi Ariani, sang pengelola sekaligus penerus usaha keluarga, mengungkapkan bahwa warung ini lebih dari sekadar tempat makan.
“Sejak awal, soto ini bukan hanya soal usaha, tapi juga menjaga warisan keluarga. Kami ingin cita rasa soto Semarang tetap bisa dinikmati lintas generasi,” ucapnya sambil tersenyum, Jumat (20/9/2025).
Tak hanya soto ayam kampung, menu rawon juga menjadi magnet bagi pengunjung. Dengan harga mulai Rp20.000 hingga Rp25.000 per porsi, siapa pun bisa menikmati kehangatan sajian tanpa khawatir merogoh kocek terlalu dalam.
Siti Sarah, salah satu pelanggan setia, mengaku selalu kembali karena rasa yang konsisten.
“Saya paling suka sotonya. Kuahnya segar, bumbunya pas, dan bikin nagih. Rasanya tidak pernah berubah,” tuturnya.
Warung ini juga memanjakan pengunjung dengan hidangan pendamping seperti lumpia Semarang, tempe mendoan, tahu goreng, hingga tempe kering. Lengkap untuk menemani semangkuk soto yang mengepul di meja.
Soto Ayam Kampung Semarang Pak Pris buka setiap hari pukul 07.00–15.00 WIB. Popularitasnya kini telah berkembang dengan cabang di Jalan Uria Jaya dan Jalan Yosudarso, Palangka Raya, serta di Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara.
Bagi siapa pun yang singgah di Palangka Raya, menyantap semangkuk Soto Ayam Kampung Semarang Pak Pris bukan sekadar urusan mengisi perut. Ini adalah perjalanan rasa—sebuah warisan kuliner yang terus hidup, mengikat kenangan, dan membuat siapa saja ingin kembali lagi. (zal)