By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Insight KalimantanInsight Kalimantan
Notification Buka lebih banyak
  • Home
  • Daerah
    • Barito Selatan
    • Barito Timur
    • Barito Utara
    • Gunung Mas
    • Kapuas
    • Katingan
    • Kotawaringin Barat
    • Kotawaringin Timur
    • Lamandau
    • Murung Raya
    • Palangka Raya
    • Pulang Pisau
    • Seruyan
    • Sukamara
  • Eksekutif
    • Pemkab Barito Selatan
    • Pemkab Barito Timur
    • Pemkab Barito Utara
    • Pemkab Gunung Mas
    • Pemkab Kapuas
    • Pemkab Katingan
    • Pemkab Kotawaringin Barat
    • Pemkab Kotawaringin Timur
    • Pemkab Lamandau
    • Pemkab Murung Raya
    • Pemkab Pulang Pisau
    • Pemkab Seruyan
    • Pemkab Sukamara
    • Pemko Palangka Raya
    • Pemprov Kalteng
  • Legislatif
    • DPRD Barito Selatan
    • DPRD Barito Timur
    • DPRD Barito Utara
    • DPRD Gunung Mas
    • DPRD Kalimantan Tengah
    • DPRD Kapuas
    • DPRD Katingan
    • DPRD Kotawaringin Barat
    • DPRD Kotawaringin Timur
    • DPRD Lamandau
    • DPRD Murung Raya
    • DPRD Palangka Raya
    • DPRD Pulang Pisau
    • DPRD Seruyan
    • DPRD Sukamara
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Entertainment
  • Insight
  • Ragam
Reading: Kita Jaga Alam, Alam Jaga Kita
Bagikan
head insight kalimantan putih
  • Home
  • Daerah
  • Eksekutif
  • Legislatif
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Entertainment
  • Insight
  • Ragam
Search
  • Home
  • Daerah
    • Barito Selatan
    • Barito Timur
    • Barito Utara
    • Gunung Mas
    • Kapuas
    • Katingan
    • Kotawaringin Barat
    • Kotawaringin Timur
    • Lamandau
    • Murung Raya
    • Palangka Raya
    • Pulang Pisau
    • Seruyan
    • Sukamara
  • Eksekutif
    • Pemkab Barito Selatan
    • Pemkab Barito Timur
    • Pemkab Barito Utara
    • Pemkab Gunung Mas
    • Pemkab Kapuas
    • Pemkab Katingan
    • Pemkab Kotawaringin Barat
    • Pemkab Kotawaringin Timur
    • Pemkab Lamandau
    • Pemkab Murung Raya
    • Pemkab Pulang Pisau
    • Pemkab Seruyan
    • Pemkab Sukamara
    • Pemko Palangka Raya
    • Pemprov Kalteng
  • Legislatif
    • DPRD Barito Selatan
    • DPRD Barito Timur
    • DPRD Barito Utara
    • DPRD Gunung Mas
    • DPRD Kalimantan Tengah
    • DPRD Kapuas
    • DPRD Katingan
    • DPRD Kotawaringin Barat
    • DPRD Kotawaringin Timur
    • DPRD Lamandau
    • DPRD Murung Raya
    • DPRD Palangka Raya
    • DPRD Pulang Pisau
    • DPRD Seruyan
    • DPRD Sukamara
  • Nasional
  • Peristiwa
  • Entertainment
  • Insight
  • Ragam
Follow US
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Privacy Policy
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
© 2025 Insight Kalimantan. All Rights Reserved.
HeadlineInsight

Kita Jaga Alam, Alam Jaga Kita

13 April 2025
Bagikan
Bagikan

Sebuah catatan atas serangan satwa liar terhadap manusia

Beberapa hari lalu, media ini merilis sebuah berita bertajuk “ Jasad Pria Yang Diterkam Buaya, Akhirnya Ditemukan “ sebuah fenomena yang menarik untuk diulas secara mendalam. Kejadian serangan satwa liar terhadap manusia sudah banyak terjadi utamanya wilayah-wilayah eksploitasi manusia yang berbatasan langsung dengan habitat satwa liar seperti serangan kawanan gajah liar di daerah Lampung, serangan Harimau Sumatera di Jambi dan yang baru-baru ini diwilayah Kotawaringin Timur adalah serangan buaya yang memakan korban jiwa.

Berdasarkan data yang dihimpun dari laporan berita dan data parsial dari BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) Provinsi Kalimantan Tengah dalam kurun waktu 10 tahun terkahir, tercatat ada 51 serangan buaya diwilayah Kalimantan Tengah dengan jumlah korban 7 orang meninggal dunia dan paling tinggi tercatat pada tahun 2024 dimana korban meninggal dunia akibat serangan buaya sebanyak 3 orang meninggal dunia. Wilayah yang sering dilaporkan terjadi konflik fatal adalah Kabupaten Kotawaringin Timur, terutama di sekitar Sungai Mentaya dan kecamatan seperti Teluk Sampit dan Pulau Hanaut, serta Kabupaten Pulang Pisau.

Baca Juga

Pria Ini Nekat Rampok Kios BRI Link Akibat Terdesak Hutang
Jari Anak 9 Tahun Terjepit Pedal Sepeda Listrik, Damkar Turun Tangan

Penyebab Serangan Satwa Liar
Beberapa pemerhati lingkungan menjelaskan bahwa salah satu penyebab meningkatkan serangan satwa liar terhadap manusia adalah karena menurunnya kuantitas dan kualitas ruang hidup satwa liar karena kepentingan manusia.

Peneliti dari Pusat Ekologi dan Etnobiologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yakni Prof. Garnetiasih dan Prof. Hendra Gunawan, menyatakan bahwa penyebab maraknya konflilk dan serangan satwa liar terhadap manusia dipicu oleh alih fungsi hutan sebagai habitat asli satwa liar menjadi lahan perkebunan, lahan pertanian pemukiman dan pembangunan infrastruktur yang berdampak pada hilangnya habitat (habitat loss), pemecahan habitat (habitat fragmentation) dan penurunan kualitas habitat (habitat degradation).
Argumentasi ini memang cukup beralasan.

Diwilayah Kalimantan Tengah sendiri berdasarkan data yang dirilis Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup bahwa luas kawasan hutan di provinsi ini tercatat + mencapai 12.719.707 hektare yang peruntukkan meliputi KSA/KPA seluas 604.957 hektare, Hutan lindung seluas 391.604 hektare, Hutan produksi terbatas seluas 335.571 hektare, Hutan produksi seluas 896.706 hektare, Hutan produksi konversi seluas 258.274 hektare dan APL dan perairan seluas 629.779 hektare.

Namun demikian berdasarkan data yang diterbitkan Global Forest Watch tercatat bahwa Kalimantan Tengah telah kehilangan 1,69 juta hektar hutan primer basah atau 19,6% dari total luas hutan primer di Kalimantan Tengah dalam kurun waktu 2002-2023 yang rata-rata laju deforestasi sebesar 1,36% tahun. (https://www.globalforestwatch.org).

Sebagian besar konversi kawasan hutan disebabkan karena ekspansi perkebunan kelapa sawit, konsesi hutan untuk industri Kehutanan dan Pertambangan serta alih fungsi lahan karena program pemerintah dan perluasan kawasan permukiman.

Berdasarkan data dari DPMPTSP Provinsi Kalimantan Tengah tercatat bahwa luas perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Tengah meningkat rata-rata 10,6% per tahun dalam 5 tahun terakhir. Pada tahun 2023, luas perkebunan kelapa sawit di provinsi ini mencapai 2.340.558 hektar. Laporan lain yang disusun oleh Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Kalimantan tengah yang dirilis dalam tempo.co menyatakan bahwa total persentase konsesi kehutanan yang diberikan untuk pemenafaatan kawasan hutan sebesar sampai dengan tahun 2024 adalah sebesar 32,93% dengan lahan 5.056.918 hektare dan izin pertambangan 8,03% dengan lahan 1.233.095 hektare, serta izin perkebunan–khususnya untuk kelapa sawit, mencapai 4.809.162 hektare.

Baca Juga

Peternak Ayam Beralih Jadi Pengedar Narkoba, Polisi Amankan 2 Kg Sabu
Sertijab Kadis Kominfo Mura, Plt Sekda Harap Tingkatkan Kinerja dan Pelayanan Publik

Hal ini adalah salah satu faktor utama penyebab meningkatnya laju deforestasi di Kalimantan Tengah, dimana WALHI mencatat pada periode 2000-2004 terdapat 179.517 hektare hutan yang terkonversi menjadi kebun kelapa sawit, periode 2005-2009 seluas 588.060, periode 2010-2014 seluas 415.436 hektare, dan periode 2015-2019 seluas 727.184 hektare. (https://www.tempo.co/lingkungan/korporasi-kuasai-72-28-persen-wilayah-kalteng-walhi-ketimpangan-sumbang-tingginya-deforestasi-).

Disamping itu walaupun persentasenya kecil, perubahan fungsi kawasan hutan menjadi kawasan lain baik untuk pertanian dan perkebunan rakyat maupun perluasan pemukiman dan fasilitas publik juga berperan penting dalam meningkatkan laju deforestasi.

Meningkatnya laju deforestasi dan penurunan luas kawasan hutan adalah faktor utama dan pengaruhnya sangat siginfikan bagi keanekaragaman hayati yang terbentuk alami pada kawasan hutan.

Para peneliti dari Pusat Ekologi dan Etnobiologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) meyakini bahwa alih fungsi hutan sebagai habitat asli satwa liar menyebabkan satwa liar akan mendalami dampak yang signifikan yakni :

1. Kehilangan Tempat Tinggal : Hutan, rawa gambut, dan ekosistem alami lainnya adalah rumah bagi berbagai jenis satwa. Ketika lahan ini diubah menjadi perkebunan (seperti kelapa sawit), area pertambangan, atau penggunaan lain, satwa liar kehilangan tempat mereka untuk hidup, berlindung, mencari makan, dan berkembang biak.

2. Fragmentasi Habitat : Seringkali, hutan tidak hilang sepenuhnya tetapi terpecah menjadi bagian-bagian kecil yang terisolasi oleh perkebunan atau infrastruktur. Hal ini menyulitkan satwa liar (terutama yang memiliki wilayah jelajah luas) untuk bergerak, mencari pasangan (yang dapat menurunkan keragaman genetik), dan mengakses sumber daya yang cukup. Populasi menjadi terisolir dan lebih rentan.

3. Berkurangnya Sumber Makanan dan Air : Konversi lahan seringkali menghilangkan tumbuhan asli yang menjadi sumber pakan utama bagi banyak hewan. Perubahan tata air akibat drainase (misalnya di lahan gambut untuk perkebunan) juga dapat mengurangi ketersediaan air bersih.

4. Meningkatnya Konflik Manusia-Satwa Liar : Ketika habitat alami menyusut, satwa liar terpaksa keluar mencari makan ke area yang dikelola manusia, seperti perkebunan atau bahkan pemukiman. Hal ini sering menyebabkan konflik, di mana satwa dianggap sebagai hama (misalnya orangutan atau gajah yang masuk kebun) dan dapat diburu atau dibunuh, atau sebaliknya dapat membahayakan manusia.

5. Ancaman bagi Spesies Langka dan Endemik : Kalimantan Tengah adalah rumah bagi banyak spesies langka dan terancam punah, seperti Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus), Bekantan, Owa kalimantan, Beruang Madu, serta berbagai jenis burung dan reptil. Kehilangan habitat adalah ancaman terbesar bagi kelangsungan hidup spesies-spesies ini. Hutan rawa gambut yang banyak dikonversi memiliki keanekaragaman hayati unik yang sangat rentan.

6. Penurunan Keanekaragaman Hayati : Secara keseluruhan, perusakan habitat menyebabkan penurunan jumlah dan jenis spesies (keanekaragaman hayati) di suatu wilayah.

Konklusi

Sejatinya alam sudah menyediakan seluruh yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan hasrat hidup manusia. Ketika manusia berada dipuncak tertinggi rantai makanan, maka dominasi manusia terhadap alam menjadi semakin besar dan semakin banyak yang jika tidak terkendali akan menghancurkan alam itu sendiri.

Ekploitasi manusia terhadap alam seharusnya diimbangi dengan upaya untuk melestarikan dan menjaganya, karena jika tidak dilakukan maka kita akan mewariskan kondisi alam yang mungkin tidak lagi layak untuk dihuni generasi mendatang.

Meningkatnya serangan satwa liar serta kejadian bencana alam yang mengalami banyak anomali saat ini ditambahnya dengan terhadap sebenarnya adalah sebuah bentuk alarm dan sinyal peringatan yang disampaikan alam kepada kita umat manusia dan sudah seharusnya kita menjaganya demi kelangsungan anak, cucu dan generasi kita dan bukankah Allah sudah mengingatkannya dalam Surah Al-Baqaroh Ayat 205 “ Dan janganlah kamu membuat kerusakkan dimuka setelah Aku memperbaikinya “. Kita Jaga Alam, Alam Jaga Kita. (budi kurniawan)

Kapolri Mendahului Atau “Melawan” Presiden?
Bupati Murung Raya Lakukan Reshuffle Perdana, Puluhan Pejabat Eselon II Dilantik
Kios BRI Link Jadi Sasaran Perampokan, Rp13 Juta dan Dua Ponsel Raib
Kasus Dugaan Penyalahgunaan Ekspor Zircon di Kalteng, Praktisi: COO Bisa Jadi Cacat Hukum
Kadis ESDM Kalteng Diperiksa Kejati Selama 10 Jam Terkait Dugaan Korupsi Zirkon Rp1,3 Triliun
Bagikan berita ini
Facebook Whatsapp Whatsapp Telegram Threads
Previous Article RM Margono Djojohadikusumo Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Dudung Abdurachman: Kontribusinya Luar Biasa untuk Bangsa
Next Article Kandang Kambing Ludes Terbakar, 5 Ekor Kambing Berhasil Selamat
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Find Us on Socials

Berita Menarik Lainnya

Headline

Polisi Amankan Truk dan Alat Panen Terkait Dugaan Penggelapan Sawit di PT. MAPA

19 September 2025
Headline

Gubernur Kalteng Apresiasi Bakti Sosial Kodam XXII/Tambun Bungai di HUT ke-80 TNI

19 September 2025
Headline

Perkuat Sinergi, Kapolda Kalteng Hadiri Bakti Sosial HUT ke-80 TNI Bersama Gubernur di Kodam XXII/Tambun Bungai

19 September 2025
Headline

Kejati Kalteng Geledah Kantor CV Dayak Lestari, Amankan Dokumen dan Kendaraan Terkait Dugaan Korupsi Zircon Rp1,3 Triliun

18 September 2025
Insight Kalimantan
Menyajikan berita dengan wawasan global dan mencerdaskan
Informasi
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Privacy Policy
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
Kanal
  • Daerah
  • Eksekutif
  • Legislatif
  • Peristiwa
  • Kalimantan
  • Nasional
  • Entertainment
  • Insight
  • Ragam
© 2025 Insight Kalimantan. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?