BUNTOK – Semarak Hari Kemerdekaan mulai terasa di sepanjang Jalan Pelita, Buntok. Deretan bendera merah putih, umbul-umbul, dan aksesoris bertema nasional berjajar rapi, khususnya di depan Kantor Bulog, tepat di kawasan pangkalan ojek. Pemandangan ini seolah menggoda siapa saja yang melintas untuk sekadar menoleh, bahkan berhenti dan membeli.
Salah satu penjaja yang paling mencuri perhatian adalah Edy Soebirin. Bagi masyarakat Buntok, sosoknya bukan wajah baru. Pria yang telah lebih dari dua dekade setia berdagang pernak-pernik kemerdekaan ini kembali membuka lapaknya sejak 31 Juli lalu.
“Saya buka mulai 31 Juli kemarin. Barang-barangnya lengkap, mulai dari bendera untuk rumah, kantor, hingga kendaraan. Ada juga umbul-umbul dan backdrop ukuran besar,” ujar Edy saat ditemui pada Sabtu (2/8/2025).
Meski lapaknya sudah tampak ramai oleh aneka hiasan, arus pembeli belum begitu ramai. Namun, Edy maklum. Berdasarkan pengalamannya, lonjakan pembeli biasanya terjadi pada awal Agustus, seiring dengan keluarnya imbauan dari pemerintah daerah untuk mengibarkan bendera di halaman rumah.
“Kalau surat edaran dari Pemda sudah keluar, biasanya langsung ramai. Puncaknya menjelang 17 Agustus. Sekarang masih banyak yang tanya-tanya harga dulu,” jelasnya.
Harga yang ditawarkan cukup variatif. Mulai dari Rp10.000 untuk bendera kecil, Rp30.000 untuk bendera standar rumah, hingga lebih dari Rp100.000 untuk backdrop besar. Semua produk dijahit oleh tangan-tangan perajin lokal yang rutin memasok dagangan ke Edy setiap bulan Agustus.
Meski usaha ini hanya berlangsung beberapa minggu dalam setahun, bagi Edy, momen ini bukan sekadar peluang ekonomi. Ini adalah wujud cinta tanah air, cara sederhana menyambung semangat perjuangan, dan menghadirkan nuansa kemerdekaan ke sudut-sudut kota Buntok.
“Kalau saya ingat bahwa 17 Agustus itu hari penting, lewat bendera yang mereka beli, itu sudah cukup. Tahun ini, semoga lebih meriah,” harapnya. (nur)