BANJARMASIN — Suasana Aula Kayuh Baimbai, Kantor Wali Kota Banjarmasin, Minggu (15/9/2025), tampak berbeda. Puluhan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Kalimantan Selatan memenuhi kursi yang berjejer rapi. Mereka datang bukan sekadar menghadiri pelantikan pengurus Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Kalimantan Selatan, melainkan juga untuk menyerap ilmu jurnalistik langsung dari praktisi media.
Adalah Mercurius, Ketua Forum Pemred SMSI Kalsel sekaligus redaktur senior nusantara.co dan Barito Post, yang siang itu menjadi magnet perhatian. Dengan gaya penyampaian yang sederhana namun penuh pengalaman, ia mengurai “rahasia” menulis berita online dengan mudah.
“Temukan peristiwa menarik, kumpulkan informasi 5W+1H, lalu susun dengan piramida terbalik. Gunakan kalimat pendek, ringkas, dan sertai visual agar berita lebih hidup,” ujarnya disambut anggukan peserta.
Mercurius, yang sudah memegang sertifikat UKW Utama Dewan Pers, menekankan pentingnya keterampilan dasar menulis bagi generasi muda. Ia mengingatkan bahwa berita online memiliki karakter berbeda: paragraf singkat, jarak antaranteks yang nyaman di layar ponsel, dan lead yang mampu “menggoda” pembaca untuk melanjutkan membaca.
“Perataan teks cukup rata kiri, itu standar di media daring. Jangan lupa sertakan foto atau infografis agar pesan lebih kuat. Dan tentu saja, perhatikan SEO supaya berita mudah ditemukan,” tambahnya.
Tak hanya Mercurius, sesi berbagi ilmu juga diisi oleh Direktur Departemen Digital SMSI Pusat, Nicko, yang mengulas manajemen berita di website, serta Nanang, Wakil Ketua SMSI Banjarmasin, dengan strategi sosial media. Diskusi dipandu Adam Nugraha, Ketua SMSI Banjarmasin.
Antusiasme peserta terasa sepanjang acara. Ahya Ramadhan, mahasiswa Politeknik Hasnur, mengaku pelatihan ini membuatnya lebih memahami pentingnya mencatat fakta lapangan. “Saya jadi lebih sadar, menulis berita itu bukan sekadar mengetik, tapi menyusun informasi dengan cermat,” ujarnya.
Sementara Anisa, mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat, menilai kegiatan ini relevan dengan kebutuhan akademik. “Kemampuan menulis yang baik adalah modal utama, bahkan jika kita tidak semua menjadi wartawan,” katanya.
Dari ruang Kayuh Baimbai siang itu, semangat para mahasiswa untuk menekuni dunia jurnalistik tampak menyala. Mereka pulang tidak hanya membawa catatan, tetapi juga bekal penting: keyakinan bahwa menulis berita bukan sekadar pekerjaan, melainkan keterampilan hidup yang bisa membuka banyak peluang. (red/ist)